Dirut Holding BUMN Farmasi Akui Komunikasi Masih Jadi Tantangan
PRINDONESIA.CO | Kamis, 06/02/2020 | 2.440
Dirut Holding BUMN Farmasi Akui Komunikasi Masih Jadi Tantangan
Holding BUMN Farmasi diharapkan dapat memperkuat kemandirian industri farmasi nasional
Rizka/PR INDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – “Apalagi, kami berasal dari tiga korporasi yang berbeda. Dua korporasi adalah perusahaan terbuka, sementara yang lain adalah persero,” kata Honesti juga yang merupakan Direktur Utama Bio Farma di hadapan pewarta saat konferensi pers Holding BUMN Farmasi “Memperkuat Kemandirian Industri Farmasi Nasional” di Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Honesti yang saat konferensi pers didampingi oleh Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto dan Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo ini melanjutkan, “Tentu cara korporasi yang sudah go public menjalankan aktivitas usahanya akan berbeda dengan yang bukan/belum go public.”

Ya, Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No 862/KMK.06/2019 memutuskan berdirinya holding BUMN farmasi. Adapun perusahaan BUMN yang bergabung dalam holding farmasi tersebut meliputi PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dan PT Indofarma (Persero) Tbk.

Tanggal 31 Januari 2020, Menteri BUMN selalu RUPS menyetujui pengalihan saham seri B milik Negara RI pada Kimia Farma dan Indofarma ke Bio Farma (crossing saham). Di tanggal yang sama pula, Bio Farma ditunjuk selaku induk holding, sementara Direktur Utama Bio Farma menjadi Direktur Holding BUMN Farmasi.

Selain budaya kerja, tantangan lain dalam proses merger di industri apapun, termasuk farmasi, adalah dukungan dari internal karyawan. Seluruh pasukan di perusahaan harus memahami maksud dan tujuan penggabungan, dampak penggabungan terhadap proses bisnis dan cara mereka bekerja, serta manfaat yang akan diberikan.

Lainnya adalah soal menggabungkan semua potensi yang ada. Untuk itu, Honesti memberikan perhatian penuh terhadap aspek komunikasi ini. “Komunikasi ke dalam menjadi sangat penting dalam perjalanan holding ini dan harus berjalan mulus,” ujarnya.

Tanpa komunikasi yang lancar, mustahil mereka dapat mencapai target dan tujuan. Seperti yang sudah diketahui, inisiasi membentuk holding ini berangkat dari misi yang mulia: mewujudkan kemandirian industri farmasi nasional. Salah satu isu utama di dunia farmasi adalah 90 persen bahan baku masih impor.

“Awareness”

Dengan adanya holding harapannya mampu menekan impor bahan baku atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) sehingga harga produk farmasi makin terjangkau, meningkatkan ketersediaan produk, menciptakan inovasi bersama dalam penyediaan produk farmasi, memungkinkan distribusi produk farmasi tersebar secara merata ke seluruh pelosok negeri, bahkan hingga mancanegara.

Pekerjaan rumah selanjutnya yang tak kalah penting, menurut Hones, adalah membangun awareness publik. Salah satunya melalui branding. Namun dalam praktiknya, langkah ini tak bisa semudah holding dari industri lain. “Farmasi ini adalah industri yang rigid dengan kebijakan dan peraturan,” katanya. Meski begitu, strategi itu pasti akan dilakukan. Tapi, butuh proses.

Dalam pembagian tugasnya, Bio Farma fokus di dunia bioteknologi, khususnya vaksin dan antisera, Kimia Farma di chemical, sementara Indofarma di bidang herbal dan alat-alat kesehatan.  (rtn/rvh)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI