Endra Saleh Atmawidjaja, KemenPUPR: Konsistensi Membangun
PRINDONESIA.CO | Selasa, 25/06/2019 | 4.638
Endra Saleh Atmawidjaja, KemenPUPR: Konsistensi Membangun
Kehumasan itu bukan sesuatu yang tidak bisa kita pelajari. Tapi harus dipraktikkan dengan benar dan konsisten jika sudah yakin dengan strateginya.
Roni/PRINDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dari hasil penelusuran wawancara secara eksklusif selama dua jam bersama Ratna Kartika dan Dwi Siti Romdhoni, dapat ditarik kesimpulan, latar belakang sebagai engineer dan hobinya bermain caturlah yang menjadi salah satu kunci kesuksesannya. Ingin tahu mengapa? Berikut kutipannya.

Reaksi spontan apa yang Anda lontarkan saat mendapat amanah sebagai Kabiro Komunikasi Publik KemenPUPR?

Saya bilang ke Pak Menteri (Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR), “Pak, saya big zero di bidang ini. Saya tidak paham sama sekali tentang kehumasan.” Ketika itu permintaan beliau hanya satu: belajar. Sejak saat itulah saya berkenalan dengan yang namanya PR.

Memang apa latar belakang pendidikan Anda?

Sejak SMA, saya dididik di lingkungan fisika. Ketika kuliah pun saya memilih Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (ITB). Setahun setelah lulus, tahun 1996, saya diterima bekerja di KemenPUPR, tepatnya Direkorat Jenderal Cipta Karya. Hingga tahun 2000, saya lebih banyak bekerja di bidang keinsinyuran. Setelah itu, saya ditempatkan di bagian planning and programming selama 15 tahun. Di bagian itu, saya tidak lagi mengurus fisik atau membangun. Tapi, merencanakan, membuat narasi dan urgensi suatu infrastruktur mesti dibangun. Baru pada bulan Agustus 2016, saya ditempatkan di Biro Komunikasi Publik, yang tanpa terasa sudah mau menginjak tahun ketiga.

Biro Komunikasi Publik membidangi apa saja?

Ada empat bidang. Strategi Komunikasi, Publikasi dan Perpustakaan, Humas, dan Pelaporan Pimpinan. Untuk yang terkait Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), pengaduan, laporan, permintaan data/informasi adanya di Strategi Komunikasi. Kalau publikasi dan Perpustakaan, urusannya dengan pameran, advertorial, majalah internal, mengelola PUPR TV, website.

Sementara humas terkait media relations, press release, medsos yang sifatnya lebih dinamis dan interaktif.  Satu lagi yang tidak kalah penting adalah bidang Pelaporan Pimpinan. Di sinilah hub informasi. Semua bahan untuk menteri masuk ke sini. Tim inilah yang kemudian mengolah bahan yang sudah diterima tadi untuk keperluan menteri seperti sambutan, paparan, keynote speaker, rapat kerja, bahan rakor, sidang kabinet, rapat dengan DPR, kunjungan kerja, dan sebagainya.

Ketika pertama kali mendapat tugas mengelola empat bidang tadi, apa concern Anda?

Saya harus bisa melihat empat bagian tadi menjadi satu kesatuan bisnis proses. Sekarang, bahan dari pelaporan pimpinan langsung digunakan oleh bagian humas untuk kemudian menjadi bahan rilis. Dari rilis, diolah lagi untuk masuk ke medsos, video, begitu seterusnya. Materi tadi juga bisa digunakan oleh bagian publikasi dan perpustakan untuk majalah internal yang sifatnya feature, advertorial di media cetak, atau kebutuhan pameran.

Semua kinerja setiap bagian selanjutnya akan dicek dan pada kasus-kasus tertentu materi tersebut digunakan oleh tim di bagian Strategi Komunikasi. Jadi, setiap bagian tidak perlu mencari data sendiri-sendiri. Semua satu pintu dan diolah di sini. Tidak ada lagi rilis yang keluar selain rilis yang diproduksi oleh Biro Komunikasi Publik.

Untuk mencapai target itu, tentu dibutuhkan kompetensi SDM yang mumpuni. Soal kompetensi ini, apakah juga menjadi isu di Biro yang Anda pimpin?

Kami memanfaatkan best optimum use of resources. Kuncinya ada pada memaksimalkan SDM dan berkolaborasi dengan memanfaatkan jejaring yang kami miliki. (Endra lantas membuka handphone-nya dan memperlihatkan salah satu video pendek berjudul Si Manis Jembatan Ancur. Video yang diadaptasi dari film dan sinetron yang melegenda, Si Manis Jembatan Ancol itu lahir berkat kolaborasi dengan relawan Kolaborasi Asyik.

Saya percaya, kompetensi itu bisa kita asah. Apalagi setiap bagian di biro kami sudah punya KPI masing-masing. Bekerja bukan lagi hanya berdasarkan aktivitas menteri. Dengan begitu, mereka jadi terdorong untuk mengasah kompetensi. Bagi saya, kehumasan itu bukan sesuatu yang tidak bisa kita pelajari. Tapi harus kita praktikkan dengan benar dan konsisten jika kita sudah yakin dengan strateginya. Kalau ada kekeliruan segera lakukan corrective action.

Sejujurnya, yang menjadi tantangan sesungguhnya adalah perlu waktu bagi kami untuk mengubah karakter temanteman. Hampir semua karyawan di sini berlatar belakang engineer yang tipikalnya tidak terbiasa bekerja di bawah spotlight apalagi haus pemberitaan. Kami ini ibarat Musamus (Rumah Semut). Semut itu menganut prinsip, “Jangan tanya kerjaku, tapi lihat karyaku. Bekerja diam tiba-tiba hasilnya menjulang ke angkasa, tanpa merusak lingkungan.”

Di sisi lain, ada fenomena keterbukaan dan desakan dari publik yang menuntut adanya transparansi. Jadi, keterbukaan ini juga menjadi satu hal yang menarik karena baru buat kami. Kami juga memberi pemahaman kepada teman-teman bahwa keterbukaan ini bukan dalam rangka KemenPUPR ingin populer, melainkan semata-mata wujud laporan kita kepada publik. Kami tidak butuh popularitas karena tugas dan fungsi kami membangun PUPR ini sudah kewajiban dan tidak tergantikan oleh kementerian lain.

Komunikasi Publik saat ini di mata Menteri dan institusi?

Kalau soal itu, saya kira harus ditanyakan langsung ke beliau. Tugas kami hanya melaporkan kembali kepada publik mulai dari bagaimana program itu disusun, dimulai, dikerjakan, sampai akhirnya selesai dan dapat dinikmati manfaatnya dengan kemasan yang mudah dipahami dan dicerna oleh masyarakat.

Sebenarnya untuk mengukur seberapa strategis peran kami itu dapat dilihat dari dukungan beliau. Seperti, selalu mengikutsertakan biro kami di dalam setiap aktivitasnya hingga kesediaan beliau mendengar dan mempertimbangkan setiap usulan kami. Tentu, semua usulan yang kami berikan sudah berdasarkan riset dan kami ukur dampaknya. Contoh sederhana, ketika Pak Menteri sudah over expose, beliau bersedia menerima pertimbangan kami agar slow down sedikit.

Dari sana kami meyakini Pak Menteri telah memberikan trust kepada kami dan beliau tahu kami tidak akan menyia-nyiakan trust yang sudah diberikan. Bahwa kami akan selalu menjaga kementerian ini dari segala sesuatu sesuatu yang dapat menciderai reputasi seperti salah mengambil keputusan, pernyataan yang membuat blunder, ketidakpercayaan, apalagi sarat dengan kontroversi.

Sementara dukungan dari institusi bisa dilihat dari kemudahan kami ketika meminta data. Data yang masuk ke Pelaporan Pimpinan selanjutnya akan kami normalisasi menjadi laporan atau informasi yang ringan, menarik, menyentuh, dan istimewa karena dilengkapi rangkaian proses dalam bentuk foto, video pendek dan narasi yang bercerita (storytelling) sehingga mudah dicerna, dan publik bisa mengapresiasi dari sisi manfaatnya. Informasi yang kami kedepankan adalah prosesnya.

Apa pesan yang sering Anda sampaikan kepada tim?

Pertama, fokus. Jangan sampai masalah baru justru timbul dari institusi kita sendiri hanya karena kita tidak fokus saat bekerja. Kedua, sensitif terhadap lingkungan agar kita tahu harus berbuat, caranya seperti apa, kapan waktunya.

Ketiga, lengkapi data dan konteks sebagai bentuk edukasi agar masyarakat tidak hanya paham, tapi juga tahu kebutuhan dan manfaat dari program atau kebijakan yang dilakukan pemerintah. Keempat, selalu ingin tahu dan mau belajar sementara kompetensi bisa dipelajari.

Jadi, Anda sudah beradaptasi dengan aktivitas humas, dong?

Hmm, di sini pekerjaannya tidak kenal waktu, ya. Kita harus selalu siap 24 jam. Handphone enggak pernah mati, harus terus menggali wawasan dan informasi terkini, membangun jejaring yang luas.

Apakah Anda masih memiliki waktu luang?

Nah, itulah yang hilang semenjak saya di sini. Waktu untuk keluarga berkurang, anak-anak juga sempat protes, terutama si bungsu yang masih duduk di kelas 4 SD. Jadi, kalau ada waktu luang, meski sedikit, selalu saya sempatkan untuk keluarga. Biasanya, kami pergi sekadar nonton bioskop bareng. Terakhir, kami nonton film Robin Hood.

Untuk memberikan  pemahaman, saya sering menceritakan tentang aktivitas saya kepada mereka. Saya juga berbagi cerita tentang pencapaian yang sudah kami raih. Harapannya, tumbuh pengertian dan rasa bangga dari anak-anak.

Anda suka musik?

Suka. Bahkan saya itu tipe orang yang kalau tidur mesti sembari mendengarkan musik. Kebiasaan itu terpaksa berhenti karena istri dan anak-anak saya kalau tidur harus hening. Kebiasaan itu baru bisa saya lakukan kalau sedang dinas ke luar kota.

Jenis musik apa yang paling Anda sukai?

Pop rock seperti Queen, The Police, Duran-duran, U2. Saya pertama kali berkenalan dengan Queen itu tahun 1977, sejak masih duduk di kelas 1 SD. Beberapa waktu lalu, saya juga menyempatkan waktu untuk menonton film-nya, Bohemian Rhapsody.

Dulu, ada masanya saya menyukai jazz seperti Casiopea, Dave Grusin, Mezzoforte—kategori jazz yang menurut saya tidak terlalu berat dan masih bisa dinikmati oleh “orang awam” seperti saya. Hanya, kalau jenis musik rap, saya kurang begitu suka. Saya juga suka musik-musik kekinian seperti Coldplay, Ed Sheeran.

Apa mimpi yang ingin dicapai?

Ingin membawa humas KemenPUR menjadi humas yang memenuhi standar dan kualifikasi profesional dan karyakaryanya diakui, kompeten, totalitas dan fokus—yang untuk bisa mencapai mimpi ini tidak bisa dikelola dengan cara PNS. (rtn)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI