PR Lebih dari Sekadar Wajah Perusahaan
PRINDONESIA.CO | Kamis, 07/02/2019 | 1.793
PR Lebih dari Sekadar Wajah Perusahaan
Kehadiran teknologi justru membuat PR harus lebih humanis.
Dok. Universitas Widya Mandala

SURABAYA, PRINDONESIA.CO - Public relations (PR) adalah wajah perusahaan, apa yang kamu katakan, apa yang kamu unggah, apa yang kamu like, dan apa yang kamu bagikan. Inilah yang diungkapkan oleh Pemenang Utama ICON PR INDONESIA 2018-2019 Leidena Sekar Negari dalam acara "Sharing Session with ICON PR" di Universitas Widya Mandala Surabaya, Rabu (6/2/2019). Saat ini, PR millennial dimudahkan dengan shared media (media sosial) dan owned media (majalah internal, situs resmi, dan blog perusahaan). Namun, sebenarnya yang terpenting adalah substansi, apapun saluran yang digunakan untuk mengomunikasikannya.

Salah satu perusahaan yang memanfaatkan saluran shared dan owned media adalah PT Petrokimia Gresik. Menurut Faisal Alfarokhi, Public Relations (PR) Officer Petrokimia Gresik, keuntungan dari penggunaan shared dan owned media ialah perusahaan dapat mengontrol informasi jika ada beberapa hal yang tidak dimuat di media konvensional (earned media). Bahkan, kepiawaiannya dalam mengelola earned media dibuktikan dengan banyaknya penghargaan atas majalah internal yang diproduksi perusahaannya, GEMA.

Lantas, bagaimana menggabungkan antara media sosial dengan human touch dari diri seorang PR? Program Community Engagement PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) membagikan tipsnya. "Berita tidak harus straight news. Kita bisa buat kegiatan yang punya human touch dan disebar lewat media sosial perusahaan," ujarnya. Ia mencontohkan kegiatan Karel Edu Trip untuk mengenalkan transportasi perkeretaapian sejak dini. Upaya ini dinilai efektif untuk menumbuhkan human touch bagi publik yang menyaksikan videonya. Menurut Akbar, seorang PR harus mampu memprediksi potensi stakeholder. Mungkin anak-anak bukanlah stakeholder langsung perusahaan, namun 10 – 20 tahun ke depan mereka adalah stakeholder utama.

Selain itu, seorang PR millennial haruslah SMART. SMART di sini, kata Pranata Humas di Biro Humas Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Imam Suryanto, mengandung akronim dari self-driven, motivated, action oriented, responsible, dan team player. Jadi, praktisi PR harus memiliki inisiatif dari diri sendiri, motivasi kuat, aktivitas yang mengacu pada kontribusi, tanggung jawab, dan mampu bekerja sama dalam tim. Sementara itu, menurut Staf Humas & Komunikasi Pemasaran Perum Jamkrindo Anzil Firdausi Nuzula, PR haruslah tangkas, belajar cepat, bergerak cepat, dan fleksibel.

 

Kelola Krisis

Acara yang melibatkan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Widya Mandala ini berlangsung interaktif. Beberapa mahasiswa yang tertarik dengan kasus-kasus krisis perusahaan mengutarakan rasa penasaran mereka dengan mengajukan banyak pertanyaan. Faisal Alfarokhi berpendapat jika terjadi krisis, pihaknya telah membuat mitigasi krisis di tahun 2017. Sebagai perusahaan yang wilayah operasionalnya berbatasan langsung dengan warga, ia mengatakan ada sepuluh kemungkinan risiko teratas di perusahaannya. Kesemuanya itu terhimpun dalam manajemen risiko beserta cara penanganannya.

Sementara itu, menurut Akbar, yang tak kalah penting dalam mengelola krisis adalah kejujuran. Dari kejujuran tersebut, justru narasi bisa dikendalikan dengan mengangkat sisi positif perusahaan. Misalnya, apa yang sudah perusahaan lakukan untuk menangani krisis tersebut. Kesigapan perusahaan dapat mengubah persepsi negatif menjadi empati publik. (rvh)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI