2024 Diprediksi Makin Panas, di Mana Peran PR untuk Perubahan Iklim?
PRINDONESIA.CO | Senin, 15/01/2024 | 1.067
2024 Diprediksi Makin Panas, di Mana Peran PR untuk Perubahan Iklim?
Bagi Emilia Bassar, CEO Center for Public Relations, Outreach, and Communication (CPROCOM), PR harus aktif menyuarakan isu-isu perubahan iklim dalam banyak strategi dan taktik komunikasi.
Foto Freepik

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengonfirmasi bahwa tahun 2023 mencatatkan rekor suhu tertinggi sejak tahun 1850. Disampaikan bahwa peralihan pendinginan La Niña ke pemanasan El Niño terjadi pada pertengahan tahun 2023. Sekretaris Jenderal WMO Prof. Celeste Saulo pun memperkirakan suhu di tahun 2024 akan lebih panas.

“Mengingat El Niño biasanya memiliki dampak terbesar terhadap suhu global setelah mencapai puncaknya, tahun 2024 bisa menjadi lebih panas lagi,” ujarnya seperti dikutip dari wmo.int, Jumat (12/1/2024).

Menyikapi pernyataan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menilai masih ada peluang untuk menghindari bencana iklim. Ia mengatakan manusia harus merespons kenaikan rekor suhu panas dengan tindakan terobosan.

“Kita masih bisa menghindari bencana iklim terburuk dengan bertindak untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celcius,” ungkapnya.

Isu perubahan iklim menjadi salah satu fokus utama sepanjang tahun 2023, dan dibahas mendalam di majalah PR INDONESIA Edisi 105 | Th IX | Desember 2023. Dalam edisi tersebut, turut dibahas peran public relations (PR).

Adapun praktisi PR harus aktif menyuarakan isu-isu perubahan iklim dalam banyak strategi dan taktik komunikasi. Hal ini diungkapkan oleh Emilia Bassar, CEO Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM), secara eksklusif kepada PR INDONESIA, Jumat (6/10/2023).

Taktik yang dimaksud antara lain mengomunikasikan pesan perubahan iklim melalui media sosial, menyelenggarakan kegiatan seperti seminar, sosialisasi, perlombaan, hingga mempublikasikan isu tersebut melalui pemberitaan di media massa.

Kolaborasi Pentahelix

Dalam mengomunikasikan pesan tersebut PR membutuhkan kolaborator. Emil, begitu ia kerap disapa, merekomendasikan kolaborasi pentahelix. Dijelaskan bahwa kolaborasi pentahelix merupakan kerja sama yang melibatkan akademisi, perusahaan, komunitas, pemerintah dan media.

Pernyataan perempuan yang kini menjabat Direktur Komunikasi PT Indonesia Morowali Industrial Park itu, selaras dengan penjelasan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Melalui artikel di Kompas yang terbit 14 September 2021, mantan rektor Universitas Gadjah Mada tersebut menegaskan konsep pentahelix memerlukan usaha bersama dari setiap pihak untuk membangun persepsi, bahwa perubahan iklim adalah kerisauan dan ancaman bersama yang perlu diatasi secara kolektif. (jar)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI