Komunikasi Krisis dan Pemulihan Sektor Pariwisata
PRINDONESIA.CO | Senin, 20/07/2020 | 3.025
Komunikasi Krisis dan Pemulihan Sektor Pariwisata
Menyikapi rencana new normal, pelaku industri pariwisata mengharapkan respons dari pemerintah pusat dan daerah serta organisasi  pengelola destinasi pariwisata.
Dok. Istimewa

 Oleh: Luh Micke Anggraini. Dosen, Peneliti dan Konsultan Destinasi dan Bisnis Pariwisata yang berdomisili di Bali.

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Krisis pandemi Covid-19 terbukti memberikan dampak negatif bagi sektor pariwisata akibat adanya perubahan sikap wisatawan. Keputusan untuk tidak mengunjungi destinasi pariwisata, dengan menunda atau membatalkan rencana kunjungan, terjadi seiring munculnya persepsi mengenai risiko perjalanan yang mengancam kesehatan, keselamatan, atau keamanan bagi siapa saja yang melakukan perjalanan.

Selama periode krisis dan segera setelahnya, jalur komunikasi yang jelas antara pemangku kepentingan pariwisata sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan spekulasi. Kesiapan suatu wilayah dalam proses pembukaan kembali dan pemulihan kegiatan pariwisata di masa adaptasi new normal, juga membutuhkan pengetahuan dan kesadaran industri pariwisata dan calon wisatawan. Itulah sebabnya, para pemangku kepentingan di sektor pariwisata harus fokus pada pencegahan penyebaran virus Covid-19, selain upaya menyelamatkan kegiatan ekonomi pariwisata.

Menyikapi rencana new normal, pelaku industri pariwisata mengharapkan respons dari pemerintah pusat dan daerah serta organisasi  pengelola destinasi pariwisata. Salah satunya, berupa kebijakan serta protokol new normal yang bersifat spesifik, praktis, realistis, dapat diimplementasikan dan terukur. Di sisi lain, calon wisatawan juga membutuhkan informasi rutin dari pengelola destinasi pariwisata agar dapat memahami dengan baik dan benar kondisi dan situasi wilayah yang akan dikunjungi.

Komunikasi krisis kepada pemangku kepentingan yang terdampak oleh krisis ini akan memainkan peran penting dalam proses pemulihan aktivitas pariwisata di masa normal yang baru. Strategi komunikasi krisis yang dijalankan haruslah berdasarkan prinsip kejujuran dan transparansi. Kedua hal itu akan membantu mempertahankan kepercayaan diri bagi calon wisatawan dan industri perjalanan, sekaligus meminimalkan dampak krisis terhadap destinasi.

 

Arah Pengembangan

Dalam penyampaian informasi tersebut, media  digital berperan penting dalam komunikasi krisis di masa pandemi Covid-19. Terutama, sebagai referensi untuk mengedukasi publik mengenai kesiapan destinasi pariwisata menyambut wisatawan. Dari perspektif psikologis, kembalinya pengunjung ke suatu daerah di masa krisis pandemi Covid-19 akan membantu menginisiasi proses pemulihan ekonomi secara keseluruhan. Namun, perlu dilakukan secara bertahap, penuh kehati-hatian dan terukur.

Informasi merupakan elemen penting dalam komunikasi. Informasi yang salah dan rumor  merupakan sumber kebingungan yang biasanya terjadi di masa krisis. Demikian pula dalam rangka pemulihan periode new normal. Informasi tentang pariwisata harus dipastikan akurat, kredibel dan relevan agar membentuk persepsi positif di mata audiens sektor industri pariwisata. Pada gilirannya, mampu mendukung pengambilan keputusan strategis dan teknis pemangku kepentingan pariwisata itu sendiri.

Keberadaan tim komunikasi krisis dan pemulihan di sektor pariwisata akan berperan strategis dalam meningkatkan koordinasi dan kredibilitas suatu kawasan wisata untuk menerima kembali wisatawan di masa yang akan datang melalui ketersediaan informasi yang terkoordinasi, terverifikasi dan terpercaya. Pada akhirnya, komunikasi krisis di masa kenormalan baru berperan penting menentukan arah pengembangan sektor pariwisata di masa datang.

 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI