Penjurian AHI 2023: Strategi UNESA Mengubah Citranya
PRINDONESIA.CO | Selasa, 24/10/2023
Penjurian AHI 2023: Strategi UNESA Mengubah Citranya
Penjurian presentasi Anugerah HUMAS INDONESIA di hari terakhir, Rabu (18/10/2023).
Fitria/HUMAS INDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Awalnya, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dikenal sebagai kampus penghasil guru. Saat ini, melalui kampanye “UNESA: Rumah Para Juara”, mereka ingin mengubah image yang sudah lama melekat menjadi kampus berprestasi. 

Menurut Gilang Gusti Aji yang mewakili UNESA saat presentasi di hadapan dewan juri Anugerah HUMAS INDONESIA (AHI) 2023, Rabu (18/10/2023), langkah itu dilakukan karena kampus yang tadinya bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya itu telah memiliki beragam program studi di luar pendidikan. “Kami harus melakukan brand awareness dengan branding yang baru ini agar tetap in-line dengan produk yang dihasilkan,” katanya.

Image baru sebagai kampus berprestasi ini dipilih setelah melalui tahapan riset. Hasilnya, berdasarkan data UNESA tahun 2021, diketahui ada 2.760 mahasiswa UNESA yang telah berpartisipasi aktif di berbagai perlombaan, baik tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Upaya ini selanjutnya ditindaklanjuti dengan membangun komunikasi melalui media, baik media sosial, cetak, maupun elektronik. Sementara untuk membangun budaya berkompetisi, UNESA memberikan berbagai dukungan, mulai dari pembinaan, Sistem Informasi Pelaporan Mahasiswa (Simpelmawa), Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), pendanaan untuk penelitian, riset, pengabdian masyarakat, dan masih banyak lagi.

Hasilnya, dari segi pemberitaan mengalami peningkatan dari 1.002 (2022) menjadi 1.473 berita (2023). Pun demikian dengan jumlah pendaftar dari 24.091 pendaftar (2021), 30.289 (2022), hingga 95.112 (2023).

Pemaparan Gilang mendapatkan sorotan dari juri Prof. Dorien Kartikawangi. Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya tersebut mengoreksi objektif dari kampanye yang dilakukan UNESA. Penentuan objektif ini harus tepat karena akan memengaruhi tujuan dari program komunikasi. “Seharusnya yang diukur adalah reputasi yang diperoleh dari kampanye tersebut,” katanya.

AHI

AHI merupakan ajang kompetisi kinerja komunikasi dan keterbukaan informasi bagi lembaga publik (government public relations/GPR) pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri, korporasi milik negara/daerah, dan badan layanan umum (BLU) se-Indonesia. Di tahun kelima penyelenggaraannya, kali ini AHI mengusung tema “Keterbukaan Informasi untuk Keberlanjutan Badan Publik yang Bereputasi”.

Tahun ini, kompetisi yang diselenggarakan oleh HUMAS INDONESIA, bagian dari PR INDONESIA Group, diikuti oleh 211 entri dari 47 instansi yang berkompetisi selama dua hari berturut-turut dalam babak penjurian. Masing-masing 63 entri untuk sesi presentasi, sementara 148 entri lainnya untuk nonpresentasi.

Terdapat lima dewan juri yang diterjunkan untuk menilai karya-karya terbaik. Di antaranya, Asmono Wikan (Founder dan CEO HUMAS INDONESIA), Emilia Bassar (CEO CPROCOM), Fardila Astari (Direktur Komunikasi Rajawali Foundation), Arif Adi Kuswardono (Komisioner Komisi Informasi Pusat periode 2017 – 2021), dan Prof. Dorien Kartikawangi (Associate Professor dan Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya).

Ikuti terus perkembangan dan informasi terkini mengenai AHI 2023 hanya di  humasindonesia.id dan prindonesia.co(aza)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI