Sarah, Corcomm Dept. Head TPI: PR Bukan Pemanis
PRINDONESIA.CO | Senin, 21/08/2017 | 1.954
Sarah, Corcomm Dept. Head TPI: PR Bukan Pemanis
Semua orang adalah PR bagi perusahaan.
Dok. TPI

Sarah - Corcomm Departement Head Tugu Pratama Indonesia

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Muda, enerjik, dan ramah, adalah kesan yang ditangkap PR INDONESIA ketika kali pertama bertemu dengan Sarah di sesi penjurian PR Indonesia Awards (PRIA) di Jakarta, Rabu (15/3/2017). Di usianya yang baru menginjak 33 tahun, ia sudah dipercaya menakhodai Departemen Corporate Communication PT Tugu Pratama Indonesia (TPI).  

Ditemui kembali di kantornya di Wisma Tugu, Jakarta, Jumat, awal April lalu, Sarah menyapa hangat. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, perempuan yang sore itu mengenakan baju ungu ini bersama timnya lantas mengajak PR INDONESIA beranjak ke ruangan berkursi sofa yang nyaman di lantai lima. Di sana, ia mengaku sempat minder ketika mendapat tawaran wawancara dari PR INDONESIA. Apalagi, perempuan kelahiran Kuwait itu baru enam bulan menempati kursi sebagai Corcomm Departement Head di anak perusahaan milik Pertamina itu. Dunia yang sama sekali baru baginya.  

Ya, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini sebelumnya lebih banyak berkecimpung di bagian underwriter. Beruntung, ketika masuk ke departemen yang belum dikuasai itu, Sarah dikelilingi tim yang memiliki latar belakang ilmu komunikasi dan pengalaman mumpuni. Ia menyebutnya, built up team. 

Tak mau besar kepala, mantan penyiar dan produser di radio  96.7 FM Radio A Jakarta ini memilih memosisikan diri sebagai anggota tambahan di Departemen Corporate Communication dan mengedepankan metode komunikasi tak berjarak. Pantas, hasil pantauan PR INDONESIA, interaksi tim yang terdiri dari enam orang itu tampak solid. “Sebenarnya saya yang lebih banyak belajar kepada mereka,” kata lajang yang memiliki hobi capoeira dan diving ini merendah. Belakangan, Sarah merasakan penguasaan teknis asuransi yang dimilikinya justru memberikan banyak benefit. Terutama, dalam memberikan pernyataan atau jawaban yang tepat saat menanggapi suatu informasi.

Meski dikelilingi awak yang sudah berpengalaman di bidangnya, bukan berarti bebas dari tantangan. Anak kedua dari empat bersaudara ini berpendapat, mereka yang sudah lama berkecimpung di satu bidang, umumnya mengalami demotivasi. Di sinilah perannya, “menyinari” tim dan mengingatkan kembali tujuan yang menjadi cita-cita perusahaan. 

Apalagi, tahun ini Departemen Corcomm TPI mendapat amanah menantang: melakukan rebranding  dengan berbagai pencapaian yang telah diraih dan strategi yang sudah dibuat oleh TPI.  Salah satunya, TPI adalah perusahaan asuransi swasta nasional pertama dan satu-satunya yang meraih penghargaan internasional, AM Best, dengan rating A Minus. “Publikasi ini penting karena menggambarkan kekuatan finansial dan berkaitan dengan reputasi perusahaan,” katanya.  

Ujung Tombak
Setelah menjadi pemain di dunia PR, ia melihat profesi ini sudah jauh berkembang dari apa yang dilihatnya dulu. Peran dan fungsi PR sudah bukan lagi sebagai pemanis, lobbying, dan hanya bicara untuk publikasi. Lebih dari itu, mereka berperan proaktif dalam membuka paradigma masyarakat, membentuk citra dan reputasi yang baik sesuai yang diharapkan perusahaan, dan mampu mengemas pesan perusahaan yang mudah dipahami masyarakat.  PR adalah ujung tombak perusahaan.

Sayangnya, masih ada gap lebar antara perusahan yang menyadari pentingnya peran dan fungsi PR dengan yang tidak. Ia berharap kesadaran korporasi menempatkan PR di posisi strategis makin meningkat. Kondisi ini pun diikuti dengan semakin banyaknya porsi jabatan corporate communication di tiap perusahaan. Mulai dari manager, kepala divisi, VP, atau SVP. 

PR juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya, hoax. Masyarakat cenderung reaktif dalam menyebarkan informasi yang belum tentu benar dan tidak layak melalui media sosial. “Ini juga pekerjaan rumah PR,” katanya. Bersamaan dengan kondisi itu, PR juga harus mampu meyakinkan kalangan internal untuk tidak mudah membagikan informasi yang dapat berdampak kurang baik bagi perusahaan. “Semua orang adalah PR bagi perusahaan,” ujar Sarah yang banyak terinspirasi dari prinsip-prinsip Elizabeth Goenawan Ananto, founder EGA briefings. Salah satunya tentang: “PR harus pintar dalam mengolah dan memilah informasi.” rtn
    

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI