JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya saat menghadiri Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2018 di Jakarta (20/12/2018). Menurutnya, keduanya tak hanya memiliki keterkaitan dalam membangun reputasi, tapi juga menghasilkan revenue.

Namun, ia melanjutkan, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, positioning. “Kita harus tahu apa yang ada di pikiran masyarakat ketika kita menyebut satu brand. Ini terkait pemahaman kita tentang customer,” ujar Arief. Kedua, diferensiasi. “Kata yang sering diistilahkan dengan unique selling point inilah yang dapat membedakan kita dengan pesaing,” imbuhnya. Ketiga, branding. Yakni, menyangkut janji produk kepada customer yang harus direalisasikan.

Strategi lain yang tak kalah penting adalah co-branding. Langkah ini harus dipastikan kedua belah pihak mendapatkan keuntungan. Arif menyebutnya dengan sebutan “memancing di kolam ikan orang lain”. Antara lain, berpromosi lewat media luar ruang seperti bus stop, bus dan taksi. Kemenpar sendiri pernah mempromosikan brand Wonderful Indonesia di bus stop di Melbourne dan Singapura, di bus dan taksi di New York Time Square, Amerika Serikat; Eiffel, Perancis; dan London, Inggris.

Selain itu, tentu saja memaksimalkan fungsi media sosial. Terutama, untuk merangkul target audiens generasi millennial. Hasilnya, brand Wonderful Indonesia mampu mengungguli Amazing Thailand dan Malaysia Truly Asia di tingkat regional. (rvh)

Selengkapnya baca PR INDONESIA versi cetak dan SCOOP edisi 47/ Februari 2018. Hubungi Sekhudin: 0811-939-027, [email protected]