Menghadiri konferensi pers Soundrenaline seperti menjadi agenda rutin bagi para jurnalis, khususnya pewarta musik, tiap tahun. Seperti ketika festival musik terbesar terbesar di tanah air itu mengundang para wartawan di bulan Ramadan, 15 Juni 2016.

Untuk pelaksanaan yang ke-14 ini, Soundrenaline mengusung tema “Louder than Ever”. Ada pesan khusus yang terkandung di dalamnya: misi menggabungkan para musisi sidestream (indie) dan mainstream dalam satu panggung.

Tak hanya itu, cita rasa ajang yang akan dihelat tanggal 3 – 4 September 2016 di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali ini kental nuansa lokal sesuai slogan “Dari Lo, Buat Lo” dan semangat co-creations. “Beberapa aktivitas yang biasanya kami kerjakan sendiri, kini dipercayakan kepada komunitas lokal penuh bakat dan kreatif seperti Catalyst Arts,” kata Novrial Rustam, Managing Director KILAU Indonesia, penyelenggara Soundrenaline 2016. 

Ikuti Tren

Jika dirunut ke belakang, Soundrenaline sudah menghimpun banyak cerita dan perubahan dari berbagai sisi mulai dari tema, warna musik, hingga cara berkampanye. Resep inilah yang membuat festival ini tetap langgeng.

Seperti yang diakui oleh Marketing PR Manager PT HM Sampoerna Tbk Mandra Pandelaki ketika menjadi pembicara di acara workshop yang diadakan Majalah PR INDONESIA di Batam, Rabu (25/5/2016). “Soundrenaline selalu mengikuti tren dan yang menjadi ketertarikan terkini dari target audiensnya.”

Tema, misalnya. “Voice of Choice” menjadi pilihan tema Soundrenaline 2014. Dari judulnya saja dapat ditebak berkaitan dengan pemilu, agenda yang sedang menyita publik kala itu. Sementara 2006, bertajuk “Rock United”—ajakan bersatu di saat kondisi negara sedang rapuh karena mengalami banyak bencana alam.

Rangkul KOL

Pun cara mereka menyapa audiens. Jika dulu hanya melalui media relations, konferensi pers, dan media visit, kini upaya itu tak lagi cukup. “Medium informasi berubah begitu dinamis. Dulu orang baca informasi dari koran dan majalah versi cetak. Sekarang, semua anak millennials yang menjadi target audiens kami mendapatkan semua informasi itu langsung dari ponsel masing-masing,” katanya. “Kami harus masuk ke area itu,” imbuh pria yang akrab disapa Arra ini seraya memberi penekanan.

Untuk menggapai mereka, Arra dkk. merangkul para key opinion leader (KOL). Mereka adalah yang memiliki kapasitas dan kredibilitas spesifik, jumlah followers banyak dan mampu menceritakan kembali brand message Soundrenaline. Contoh, KOL Sounds from The Corner (SfTC), YouTubers yang khusus mengunggah pertunjukan live music dan Reza Mustar, pemilk IG Komikazer. Reza mengunggah komik hasil goresan tangannya yang unik dan lucu di Tumblr-nya tentang benda-benda wajib yang harus dibawa saat menghadiri Soundrenaline. Di antaranya, celana pendek, sneakers, topi, powerbank, tas pinggang, dan tak ketinggalan, obat masuk angin, disertai keterangan, “Nih, untuk persiapan nonton Soundrenaline.”

Rumus membuat satu pesan untuk semua tidak lagi berlaku di era digital ini. Lebih tepatnya, “Kita harus punya cerita dan channel yang relevan sesuai target audiens yang mau kita tuju,” tutup Arra. (rtn)