Demikian benang merah talkshow kehumasan PR Corner bertema Branding and Communication yang disiarkan melalui 105.8 Lite FM Jakarta, Senin (29/8/2016). Talkshow yang dipandu Prita Kemal Gani ini menghadirkan founder dan CEO Alleira Batik, Lisa Mihardja.

Selama sekira satu jam, Lisa yang merupakan Ernst & Young 2012 Entrepreneurial Winning Women & Entrepreneurial Winning Women Asia Pasific Class of 2016, berbagi insight tentang branding dan komunikasi di perusahaan yang ia pimpin.

Untuk diketahui, batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan. Ini dibuktikan setelah United Nations Educational, Scientifict and Cultural Organization atau UNESCO mengukuhkan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia atau World Heritage pada tahun 2009 lalu di Perancis.

Lisa menceritakan, Alleira Batik didirikan dari tahun 2005 di garasi dengan modal hanya Rp 30 juta. Tapi kini Alleria Batik telah berkembang menjadi 9 boutique dan 9 outlets. Perkembangan ini tak lepas dari strategi bisnis dan komunikasi yang dijalankan sehingga Alleira batik dikenal hingga ke mancanegara.

“Kami menggunakan brand ambassador yang memiliki integritas, reputasi yang baik serta mencintai batik, yaitu Annisa Pohan. Selain itu, untuk fashion show tunggal, kami selalu berkolaborasi dan mengundang public figure seperti Rima Melati dan Mien Uno, sehingga dapat meningkatkan awareness dan menarik suatu market lagi,” katanya.

Jaga Konsistensi

Menjalankan bisnis tak lepas dari tantangan. Tantangan yang selalu ia hadapi di bisnis fashion adalah kreativitas. “Fashion is about being creative,” tegasnya. Tren yang sedang booming juga kerap menjadi tantangan yang menguji konsistensi branding-nya. Hal ini pernah ia alami pada 2009 ketika batik lawas menyeruak menjadi tren. Alleira sebagai batik modern pun terkena imbasnya. Selama tiga bulan berturut-turut penjualan menurun.

Kendati begitu Alleira tidak tergoda untuk mengikuti tren saat itu. Alleira memilih konsisten dengan brand-nya. Terbukti, batik lawas saat itu hanya euforia sementara. Selain itu, dari sisi kualitas, Alleira 100 persen memakai proses batik sesungguhnya, karena Alleira yakin bahwa batik merupakan Indonesian Art yang perlu dilestarikan.

Tantangan lain yang dihadapi Lisa adalah banyak pihak lain yang meniru model batik Alleira. Bagi Lisa hal itu selain tantangan juga merupakan kebanggaan, sebab karyanya selama ini menginspirasi pihak lain.

Dari sisi branding, Alleira dikenal selalu mengikuti pantone warna tren dunia tiap tahun, membuat corak batik per tema. Misalnya, tahun ini batik Toraja, batik Jawa, tahun depan batik Papua. Strategi branding Alleira adalah menyelenggarakan special events, mengadakan workshop membatik di luar negeri dengan mengundang istri para Duta Besar. “Melalui workshop, mereka dapat mengetahui betapa panjang proses dalam pembuatan batik. Sehingga, ada kebanggan tersendiri ketika membeli batik,” kata Lisa. Di akhir sesi Lisa berbagi tips memuluai bisnis. “Just do it, but calculate the risks,” pungkasnya. emilya