Gilman, Memasyarakatkan Pasar Modal
PRINDONESIA.CO | Selasa, 08/08/2017 | 2.037
Gilman, Memasyarakatkan Pasar Modal
Mengubah "saving society" menjadi "investing society".
Dok.Pribadi

Gilman Pradana Nugraha - Head of Communication IDX

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dua tahun setelah bergabung di Indonesia Stock Exchange (IDX), atau dikenal dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI), Gilman mengemban amanah di luar latar belakang keilmuannya sebagai lulusan Ekonomi Manajemen IPB. Yaitu, Head of Communication Corporate Communication Division IDX. Sebelumnya ia adalah Head of IDX Representative Office Bandung, ia memang sudah dituntut untuk membangun relasi dan reputasi.   

Ada tiga aktivitas yang menjadi perhatiannya kala itu. Yakni, mendukung kampanye Yuk Nabung Saham, mengaktivasi media sosial serta daily opening bell. Mengapa? Gilman menjawab, Yuk Nabung Saham adalah gerakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang cenderung saving society menjadi investing society. Sebab, ketika investor domestik masuk, Indonesia akan memiliki bursa yang jauh lebih stabil. Aktivasi komunikasi pun gencar dilancarkan untuk menyukseskan program itu, salah satunya melalui expo.

Selanjutnya, mengaktifkan sosial media—saluran komunikasi yang paling berpengaruh di masa depan. Sejak Oktober 2016, Gilman bersama tim menyusun road map media sosial. Berbagai kegiatan interaktif pun dilakukan di media sosial. Salah satunya, sesi Yuk Tanya IDX setiap hari Rabu melalui akun Instagram Indonesia Stock Exchange. “Fungsinya kayak call center, tapi lewat media sosial. Hasilnya? Jumlah follower Instagram IDX “terbang” hingga 28 ribu pengikut, hanya kalah dari New York Stock Exchange,” imbuh pria yang berupaya meningkatkan kanal komunikasi dari sisi kuantitas dan kualitas itu, bangga. 
  
Terobosan lain adalah “memasyarakatkan” pembuka perdagangan. Dulu, area pembuka perdagangan dikenal sakral. Hanya boleh dibuka oleh presiden, wakil presiden atau menteri. Setahun belakangan, artis seperti Giring Nidji pun bisa menekan bel dan membuka perdagangan. Cara ini menduplikasi tradisi New York Stock Exchange. “Kami pelajari dulu maksud dan value dari tradisi tersebut. Ternyata, positif,” kata pria yang sebelumnya bekerja di perbankan swasta itu. “Kami ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa dari model sampai artis pun sudah mulai berinvestasi,” lanjutnya. 

“Run to Home”
Itu adalah slogannya. Setidaknya, setiap seminggu sekali, Gilman menyempatkan waktu untuk lari usai pulang kerja dari kantornya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat menuju rumahnya di Kalibata, Jakarta Selatan. Biasanya, sembari mendengarkan lagu favorit melalui earphone dan menikmati pemandangan “macet” ibukota, ayah dari satu anak ini mampu menempuh jarak 10 km hanya dalam waktu 1 jam 5 menit. Jauh lebih cepat ketimbang menggunakan mobil yang biasanya memakan waktu hingga 1,5 jam.    
  
Ya, Gilman adalah runners. Kebiasaannya itu sudah dia lakukan sejak kuliah. Menurut pria kelahiran tahun 1985 ini, berlari melatih konsistensi dan mental untuk tidak mudah menyerah. Ketika mengikuti ajang maraton, misalnya, tantangannya bukan pada jarak tempuh, tapi mengalahkan diri sendiri. “Kadang kita cepat di awal, tapi kecapekan di akhir. Di tengah-tengah, suka ada aja kepenginan untuk berhenti,” katanya. Dalam setahun, ia biasanya mengikuti 6 — 9 kali event maraton di dalam maupun luar negeri.   

Rutinitas berlari berjasa membentuk kepribadiannya. “Meski awalnya istri suka kesal, karena sering saya tinggal lari. Ha-ha,” tutup pria yang kerap menyempatkan waktu liburnya berlari di Gunung Pancar, Sentul, Bogor, seraya tertawa. rtn

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI