Ada “Public Affairs” di Balik Reputasi
PRINDONESIA.CO | Kamis, 15/11/2018 | 1.714
Ada “Public Affairs” di Balik Reputasi
Berbeda dengan citra, reputasi perusahaan tidak dapat dibeli, bahkan dikonstruksi sedemikian rupa secara instan
Dok. PR INDONESIA/ Isqi

SEMARANG, PRINDONESIA.CO – Baik public relations (PR) maupun public affairs memiliki andil dalam mencegah dan menangani krisis yang dapat mengancam reputasi perusahaan. Meskipun publik kerap menyamakan fungsi kedua bagian ini, namun kenyataannya keduanya menggunakan pola pendekatan yang berbeda.

“Pada dasarnya public affairs merupakan fungsi stakeholders engagement. Public affairs lebih concern terhadap persoalan politik, sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat,” kata Noke dalam kelas workshop JAMPIRO #4 bertema “A to Z Public Affairs: From Fundamental Perspective to Business Practice” di Semarang, Kamis (08/11/2018).

Dalam mengawal reputasi perusahaan, peran public affairs kerap disalahartikan oleh pemimpin. Mereka menyerakan sepenuhnya permasalahan kepada public affairs dan terkesan “lari” saat perusahaan diterpa krisis. Padahal tanggung jawab menjaga reputasi tidak hanya diemban oleh public affairs. Sebalik nya, ada peran serta pemimpin, terutama saat terjadi krisis. “Ada saatnya pimpinan perusahaan juga ikut keluar memberi pernyataan ketika terjadi krisis,” katanya.

Seperti yang telah disampaikan oleh Noke saat mengisi plenary session di acara JAMPIRO #4 sehari sebelumnya, bahwa setiap perusahaan/organisasi memiliki isu masing-masing yang berpotensi mengancam reputasi. Selain itu, kinerja yang baik jika tidak diimbangi dengan pola komunikasi yang kompeten, tidak akan cukup untuk membangun reputasi. “Karena sebuah reputasi sangat rentan dan berpeluang rusak, bahkan hancur, jika tidak ada manajemen PR yang baik. Kalau sudah begitu, butuh waktu lama untuk memperbaikinya,” imbuh pria berusia 71 tahun itu.

Berbeda dengan citra, reputasi perusahaan tidak dapat dibeli, bahkan dikonstruksi sedemikian rupa secara instan. “Kita bisa membeli citra dengan memasang iklan, membuat film, dan video. Tapi, reputasi dibangun dalam jangka panjang," katanya.

Contoh, peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air di perairan laut Karawang, Jawa Barat, yang menelan 189 korban, beberapa waktu silam. Ketika dalam kondisi genting tersebut perusahaan tidak menjalin komunikasi yang baik dengan publik dan tidak terbuka terkait fakta yang terjadi, Noke berkesimpulan, bukan hanya kinerjanya tapi komunikasinya juga buruk. (ali)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI